Contoh penggunaan proses belajar classical conditioning

Ada banyak contoh penggunaan proses belajar classical conditioning dalam strategi pemasaran.

1. Prinsip Pengulangan

Akhir-akhir ini viral sebuah video bertajuk “Salam dari Binjai”, awalnya ada satu orang Bernama Paris Pernandes yang meninju pohon pisang sampai roboh. Hal tersebut membuat banyak orang menirunya sampai viral di media sosial.

Viralnya salam dari binjai ini membuat banyak para brand / perusahaan menggunakan tema yang sama hanya dikemas dengan cara yang berbeda dan diselipkan iklan / produk. Banyak juga perusahaan yang meminta Paris untuk mengendors produknya.

Karena “Salam dari Binjai” sudah diulang-ulang (karena viral) maka orang sudah aware dengan konten tersebut, harapannya orang menjadi lebih mudah menerima informasi / iklan yang ingin kita sampaikan ke konsumen.

Paris merupakan unconditioned stimulus yaitu diharapkan  menghasilkan respons tak terkondisi (konsumen akan menyukai Paris). Produk / brand perusahaan stimulus terkondisi  yang  diharapkan akan menghasilkan respons terkondisi yaitu konsumen menyukai produk / brand tersebut.

Karena sejalan dengan prinsip pengulangan, maka contoh ini bisa dikategorikan sebagai proses belajar classical conditioning.

  • Prinsip Generalisasi Stimulus
  • Prinsip Generalisasi Stimulus

Generalisasi stimulus yaitu kemampuan seorang konsumen untuk bereaksi sama terhadap stimulus yang berbeda-beda.

2. Perluasan lini produk

Biasanya perusahaan melakukan peluasan bisnis produk, misalnya dengan menambahkan produk baru yang terkait dengan produk lama dengan merek yang sama.

Harapannya agar konsumen membuat asosiasi terhadap produk baru dengan produk yang lama.

Misalkan saja adalah produk Aple, ada beberapa produk mulai dari Iphone, Mac, Ipad dll. Bahkan sampai kain lap aple seharga 300.000 saja laku, hal tersebut karena orang sudah loyal terhadap merek aple.

  • Family Branding

Contoh penerapan strategi family branding adalah menciptakan produk di kategori yang berbeda tetapi dengan merek yang sama.

Misalkan ada merek Samsung yang produknya terdiri dari AC, HP, TV, Kulkas dan alat-alat elektronik lainnya.

  • Diskriminasi Stimulus

Pada generalisasi stimulus, konsumen diharapkan dapat mengambil kesimpulan yang berbeda terhadap stimulus yang mirip dengan yang lainnya.

Pada diskriminasi stimulus, perusahaan menampilkan produknya dan menunjukan bahwa produknya berbeda dengan merek lain. Perusahaan akan mencari difirensiasi dari produk pesain, dan menjadi diferensiasi tersebut kepada positioning yang akan selalu disampaikan ketika mengiklankan produk. Salah satu contohnya pada air mineral, walaupun sama-sama air mineral tetapi masing-masin produk memiliki diferensiasi yang berbeda-beda.