Surat Terbuka Untuk Media Televisi di Indonesia, Darurat Tontonan Yang Sudah Menjadi Tuntunan

Yogyakarta, 10 Juni 2018. Televisi menjadi salah satu media hiburan bagi sebagian orang, walaupun saat ini konsumsi terhadap tayangan televisi perlahan-lahan mulai berkurang setiap orangnya, karena adanya gadget dengan segala pernak-perniknya seperti Youtube, instagram dan sosial media lainnya. Namun, bukan berarti televisi kehabisan peminatnya. Bahkan berdasarkan survei yang dilakukan oleh Nielsen Consumer Media View (CMV) mengatakan bahwa penetrasi media televisi merupakan yang paling tinggi, dibandingkan dengan media lainnya sepert internet, radio, majalah dll.
Penetrasi Media dari Survei Nielsen Indonesia 2017
Penetrasi Media dari Survei Nielsen Indonesia 2017
Dari survey tersebut mengatakan bahwa sekitar 96 % orang menonton televisi setiap harinya, kemudian sebanyak 44 % menggunakan internet. Dari data tersebut berarti masih banyak orang yang menonton televisi, dengan data tersebut kita juga dapat menyimpulkan bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia pasti setiap harinya menonton televisi, walaupun ia juga menggunakan internet, radio, koran dan majalah.
Mirisnya berdasarkan data yang lain yang dilakukan oleh KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) mengatakan bahwa dari total penonton televisi di Indonesia, sebanyak 63 % lebih menyukai acara hiburan, sementara sisanya sebanyak 10 % untuk acara berita, 9 % acara informasi dan 4 % acara olahraga. Kemudian ada 11 % untuk tayangan anak-anak. Yang bikin heran lagi hanya sebanyak 2 % yang menyukai acara religi.
Okee memang benar 63 % masyarakat Indonesia lebih menyukai acara hiburan, sekarang kita berbicara tentang data kualitas tayangan televisi yang kami dapat di web resminya KPI yaitu kpi.go.id didalam hasil survei indeks kualitas program siaran televisi tahun 2016.
Indeks Kualitas Program Siaran TV
Program siaran TV dapat dikatakan apabila memiliki indek kualitas lebih dari empat, yang disitu ada dua yaitu wisata budaya dan anak-anak. Kemudian yang religi hampir mencapai 4 yaitu 3.94. Acara hiburan yang katanya menjadi favorit masyarakat Indonesia memiliki indeks jauh dari 4, misal saja komedi dan sinetron yang indeksnya hanya 3,08 dan 3,15.

Ingat itu data diambil di tahun 2016, Bukan tahun 2018 

Stop tayangan tak mendidik
Stop tayangan tak mendidik
Di tahun ini, acara televisi sudah sangat-sangat memprihatinkan. Darurat, jika anak-anak menonton tayangan televisi seperti ini kira-kira jadi apa besarnya nanti. Lihatlah efeknya, sudah mulai terasa dimana banyak anak yang sudah tidak memiliki sopan santun, anak mulai berani keorang tua, pergaulan yang tidak baik dikalangan remaja. Itu semua? Mereka lihat ditelevisi, kemudian secara tidak langsung terekam dalam ingatan mereka. Saat tontonan sudah menjadi tuntunan, maka rusaklah negeri ini bila yang ditonton bukan sesuatu hal yang baik.
Negara kita memiliki KPI yang bertugas untuk mengontrol penyiaran tayangan televisi, tapi tetap saja tidak semua terus bisa dilaksanakan. Berbagai tindakan seperti memberikan peringan dan sanksipun tidak lantas membuat stasiun televisi menghentikan acara yang tak bermutu itu. Boro-boro menghentikan, merubah untuk mengisi konten-konten positif saja mereka tidak lakukan.
Maka dari itu pencegahan harus dilakukan dari masing-masing keluarga, ada beberapa cara mudah yang bisa diterapkan untuk menghindarkan anak-anak kita dari tayangan televisi yang tidak bermanfaat :
Pengawasan dari orangtua kunci utamanya, orang tua harus selalu mendampingi dan mengawasi apa yang ditonton oleh anak. Beri perhatian lebih pada anak. 
Terapkan jam belajar pada anak 
Selalu diberi pengertian, dan diajak dengan kegiatan-kegiatan yang lebih bermanfaat dan mengundang prestasi. Seperti olahraga, membaca, dll. 
Semua berperan disini, pihak sekolah, masyarakat dan pihak pemerintah untuk menanggulangi darurat tontonan televisi yang semakin hari memprihatinkan. Tapi keluargalah yang paling dominan dalam peran ini. Mari awasi dan jaga anak-anak kita, keluarga kita, kerabat, saudara dari tontonan yang tidak mendidik dan tidak beredukasi.
Bulan Ramadhan, Harapan Pupus Ketika Melihat Tayangan Alay Malah Berjaya
Saya pikir ketika masuk bulan Ramadhan tayangan yang alay dan ngga bermutu bakal berhenti tayang, ehh bukannya berhenti malah menjadi program Ramadhan setiap sahur dan berbuka. Anehnya hal tersebut malah disukai dan menjadi tontonan yang paling banyak di sukai oleh masyarakat kita.
Tapi senangnya banyak masyarakat yang mulai mengeluhkan, mulai sadar dan mulai melaporkan ke KPI terkait tayangan yang ngga mutu terseut. Ada beberapa program Ramadhan yang diberi peringatan dan sanksi oleh KPI seperti :

Pesbukers ANTV

    Orang ketiga SCTV

      Brownies Sahur Trans Tv

        Ngabuburit Happy Trans Tv

          Rumah Uya Trans 7

            Hal itu juga dilakukan oleh MUI (Majelis Ulama Indonesia) yang menuntut beberapa program ramadhan untuk berhenti tayang karena memang isinya tidak pantas disebut sebagai program Ramadhan.
            MUI tutun beberapa program acara ramadhan di televisi. Sumber : jabar.tribunnews.ccom
            MUI tutun beberapa program acara ramadhan di televisi. Sumber : jabar.tribunnews.ccom
            Dari kelima tayangan televisi itu saja, banyak hal-hal yang menurut saya sangat tidak pantas untuk dipertontonkan, seperti joget-jogetan, mengolok-olok, mengumbar aib orang, sampai ke kata-kata yang tidak pantas untuk diucapkan di media massa. Apalagi kelima hal tersebut katanya mengusung PROGRAM RAMADHAN. Program ramadhan apanya, program ramadhan seharusnya ada manfaat yang bisa didapatkan.
            Itu baru lima program yang mendapatkan sanksi, belum lagi program-program acara lain seperti gosip, sinetron dan lain sebagainya.

            Surat Terbuka Untuk Media Televisi di Indonesia

            Surat Terbuka Untuk Media Televisi di Indonesia
            Surat Terbuka Untuk Media Televisi di Indonesia
            Sejak dulu bangsi kita dikenal sebagai bangsa yang santun dan berbudaya, berbudaya luhur dan memiliki kearifan lokal. Kita juga memiliki adat istiadat yang harus kita lestarikan. Ungah-ungguh, tata krama dan sopan santun seharusnya melekat pada diri setiap orang.
            Nilai-nilai pancasila yang katanya harus tercermin dalam setiap perilaku masyarakat Indonesia. Norma agama, norma sosial dan norma-norma lain yang turut membantu sebagai kontrol sosial akan luntur apabila masyarakat kita melihat tayangan-tayangan yang tidak mendidik dan tidak bermanfaat.
            Maka dari itu kami berharap kepada stasiun televisi Indonesia, mulai sekarang untuk merubah tayangan-tayangan yang tidak ada manfaatnya, yang tidak mendidik dan tidak ada edukasinya.
            Untuk masyarakat Indonesia, terutama para orangtua juga harus lebih memperhatikan anaknya. Memperhatikan apa yang ditonton oleh mereka, ajaklah untuk menonton tayangan yang positif, dan tegurlah bila ia mulai menonton tayangan yang negatif.
            Bukan maksud untuk menjelek-jelekkan, mungkin saja ini hanya satu diantara sekian banyak masyarakat yang turut mengeluhkan hal yang sama. Karena kami peduli, karena kami peduli, karena kami peduli dengan generasi bangsa ini.
            Tayangan yang menghibur itu boleh-boleh saja, harus malah. Tapi menghiburlah dengan tayangan yang memiliki pesan moran, memiliki nilai, penuh edukasi dan manfaat bagi masyarakat yang melihatnya.
            Karena tontonan yang baik, akan menghasilkan yang baik pula. Dan tontonan yang buruk, akan menghasilkan hal yang buruk pula.
            Salam damai dari saya, share jika artikel ini bermanfaat. Sekecil apapun usahamu, pasti akan dilihat oleh Tuhan. Beri kontribusimu untuk Indonesia yang lebih baik, tidak harus yang besar. Hal-hal yang kecil saja, seperti share artikel ini misalnya.
            Artikel ini kami ikutsertakan dalam blog competition yang didukung oleh C2live dengan tema “Acara TV “Alay” Berjaya, Tontonan atau Tuntunan?